Sunday, December 13, 2015

Milo.

Waroeng Setiabudhi, December 11th 10.05 PM

'Wih asik ada Milo'
'...' Jantung gue seperti melewatkan satu denyutan saat mendengar teman gue mengucapkan kata itu, 'milo'. Gue menjatuhkan kertas menu dan pulpen yang gue pegang ke atas meja. Gue terdiam, menghela napas panjang dan memejamkan mata gue, berusaha untuk menenangkan diri.

'Lo kenapa kak?'
'Kak?'
'Lo gapapa?'
'Kak........'

Gue melepas kacamata gue kemudian meletakkannya di atas meja. Gue menutupi wajah gue dengan kedua telapak tangan gue sambil terus menghela napas panjang. Jantung gue berdegup tidak menentu. Badan gue terasa lemas karena tekanan darah gue yang tiba-tiba berkurang.

***

August 4th, one year earlier, 11.35 PM.

'Gue lagi di sadikin nih, lo belom makan kan? Sini nyusul aja'
'Iya aku belum makan... Takut, udah gelap'
'Yaudah gue jemput ke kosan lo ya?'
'Boleh...'
'Gue jalan sekarang ya' Gue menawarkan diri untuk menjemput dia di kosannya karena kosan dia memang tidak jauh dari tempat gue makan sekarang ini, sekitar 3-5 menit berjalan kaki.

Sadikin merupakan sebuah warung kopi kecil yang sangat terkenal di kalangan mahasiswa yang umumnya tinggal di cisitu. Menu yang biasa dijual disini adalah berbagai macam rasa mie rebus dan goreng juga berbagai minuman hangat dan dingin. Biasanya tempat ini hanya ramai di malam hari, di jam-jam seperti ini misalnya. Dimana para mahasiswa baru pulang dari berbagai macam kegiatan di kampus atau mereka-mereka yang terlalu asik mengurung diri di kamar sehingga melewatkan jam makan malam. Tempat ini biasa diramaikan oleh mahasiswa karena memang harganya yang sesuai dengan kantong mahasiswa.

'Mau makan apa? Mie rebus atau goreng?' tanya gue ke dia
'Rebus'
'Pake telor?'
'Iya'
'Single atau double?'
'Single aja, nanti aku gendut...'
'Hahaha iya, kalo minumnya mau apa?'
'Hmm...' Dia gak menjawab pertanyaan gue. Tatapan dia terpaku melihat menu dari berbagai macam jenis minuman instant yang tergantung di tembok, layaknya di warung kopi pada umumnya. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam kantong sweaternya sambil terus memperhatikan berbagai macam pilihan minuman yang disediakan di sini.

Saat saat seperti ini merupakan saat yang paling gue suka saat bersama dia. Setiap kali dia bingung akan memilih sesuatu dia selalu mengeluarkan ekspresi khasnya itu. Ekspresi yang membuat gue selalu jatuh cinta lagi dan lagi ke dia. Saat seperti ini juga merupakan kesempatan gue untuk mengagumi keindahan salah satu mahluk ciptaan-Nya ini. Karena di saat-saat seperti ini, dia tidak terlalu fokus untuk memperhatikan keadaan di sekitarnya, termasuk gue yang sedang memperhatikan dia.

Setiap kali kita makan bareng, gue selalu mencari-cari kesempatan untuk dapat diam-diam melihat dia. Karena kalo dia tau gue liatin kayak gini, dia akan langsung marah ke gue. Seperti suatu ketika saat gue nemenin dia mengerjakan laporan mata kuliah Pengelolaan Sampah di perpustakan pusat kampus gue, yang mungkin akan gue ceritakan lain kali.

'Ada milo loh kalo mau...' gue menawarkan dia pilihan karena dia tidak kunjung menentukan pilihan mau minum apa.
'Ada?! Mau!'
'Milo hangat ya?' tanya gue ke dia lagi yang hanya dia balas dengan anggukan penuh semangat.

'I really am falling hard for this beauty girl sitting beside me' kata gue dalam hati setelah melihat dia menangguk seperti layaknya anak kecil yang ditawarkan es krim oleh orangtuanya.

If you are reading this, I am not trying to say that you're childish. But, I just want you to know that I really love the way you 'said' yes to my offering that night.

Mungkin kita memang hanya makan di warung kopi, mungkin juga memang tempatnya tidak sebagus restoran-restoran mewah seperti The Valley, Maja House, dan restoran-restoran mewah lain di daerah Lembang atau Dago Pakar. Tapi buat gue, menemani dia makan mie rebus dengan lahap di sebuah warung kopi sederhana seperti ini sudah cukup untuk membuat gue bahagia.

Because, happiness does really come from a little thing. For instance, seeing your loved one smiling after she ate a bowl of noodles and drank a glass full of Milo.

***
Present day

'Gapapa kok. Gue cuma inget aja sama ****' kata gue menyebutkan nama seseorang. Kondisi gue sudah lebih baik daripada sebelumnya, saat gue menjawab pertanyaan temen gue itu. Meskipun dada gue masih terasa sedikit sesak.

Sering kali gue mengalami fenomena seperti ini. Ingatan yang muncul tiba-tiba. Seringnya, ingatan yang tiba-tiba muncul ini adalah ingatan tentang dia. Anehnya hanya dengan satu kata, dapat menyebabkan ini semua. Pernah suatu ketika gue sedang mengerjakan sesuatu di kantor, lalu gue mengalami ini, gue tiba-tiba inget dia. Dada gue sesak, napas gue langsung tidak teratur seperti seseorang yang baru menyelesaikan lari marathon, dan jantung gue seperti melewatkan sebuah denyutan. Tentu saja hal ini sangat tidak gue inginkan karena sangat mengganggu produktifitas gue di kantor dan gue rasa... hal seperti ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantung gue.

Aneh ya, perasaan yang terluka... tapi malah jantung yang sakit.

'Lo... masih... mikirin dia?' Gue menganggukkan kepala tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. 'Setelah selama ini?'
'Iya...' kata gue pelan.
'Kok bisa?' kata dia heran
'.....'  gue diam sebentar, lalu dengan penuh keyakinan gue menjawab 'Gue sayang banget sama dia.'
'Masih?' tanya temen gue lagi masih dengan ekspresi herannya.

'Belum berubah. Sejak pertama kali gue ketemu dia, 3.5 tahun yang lalu'


"After all this time?" Prof. Dumbledore
"Always." Severus Snape

Harry Potter and The Deadly Hallows.

No comments: