Gue kuliah di sebuah
kampus yang mungkin terkenal gara-gara pernah di jadiin tempat syuting film
Jomblo. Sebuah film fenomenal tentang 4 orang mahasiswa jomblo yang berusaha
untuk merubah status Jomblo mereka menjadi in
relationship. Mungkin karena pernah dijadiin tempat syuting film ini jadi
banyak jomblo ya di kampus ini. Mungkin… tapi ini cuma tebakan gue aja sih, yaa
walaupun emang banyak jomblo-jomblo haus cinta yang berkeliaran di dalam kampus
ini.
Jomblo? Sebenernya
mahluk apa sih Jomblo ini?
Jomblo ada disekitar
kita. Jomblo itu merupakan mahluk yang menyerupai manusia, makan seperti
manusia, minum seperti manusia, belajar seperti manusia, dan berjalan diantara
manusia. Jomblo hampir mempunyai semua hal yang dimiliki oleh manusia kecuali
satu… Cinta. Jomblo gak punya cinta, oleh karena itu jomblo biasanya gak peka
sama keadaan sekitar, dan biasanya jomblo juga sensitif kalo melihat manusia
lain sedang bersama pasangannya.
Selidik
punya selidik, akhirnya gue bisa sedikit lebih memahami misteri dibalik
kejombloan mahasiswa-mahasiswa di kampus ini. Menurut pengamatan gue yang sudah
2 tahun berada di kampus ini, sepertinya ada satu hal yang membuat jumlah
Jomblo di kampus ini tumbuh pesat dari tahun ke tahun. Pertama, sistem
pendidikan yang sekarang memaksa mahasiswa-mahasiswanya untuk lebih ekstra
keras belajar, karena dosen di kelas hanyalah bertindak sebagai sarana aja.
Dengan kata lain, jika ingin mengerti materi kuliah maka setiap mahasiswa harus
berusaha belajar sendiri siang dan malam, gak peduli mau ini malam minggu ataupun
malam-malam biasa lainnya. Kedua, dari sisi non-akademis misalnya Himpunan dan
Unit. Biasanya pada tahun pertama mahasiswa baru mengalami proses kaderisasi
dari Unit, bagi yang ikut unit, yang biasanya diadakan pada setiap hari sabtu
dan minggu. Lalu pada tingkat 2, setelah mereka memasuki yang namanya tahap
penjurusan ke prodi pilihannya masing-masing maka setiap mahasiswa dihadapkan
pada pilihan untuk memilih mengikuti himpunan atau tidak. Tapi biasanya sih
mayoritas pada ikut himpunan. Proses kaderisasi dari himpunan ini juga sangat
disayangkan diadakan pada hari sabtu atau minggu, agar tidak mengganggu waktu
kuliah.
Memang tidak menggangu
waktu kuliah sih, tapi mengganggu waktu kita untuk menuju proses ‘keidealan’.
Dan gak berhenti sampe
disitu aja nih. Ketika mahasiswa-mahasiswa ini sudah mencapai tingkat 3, maka
mereka akan dihadapkan dengan yang namanya Panitia Ospek. Mau gak mau, harusnya
masing-masing dari mereka yang sudah mempunyai Jaket Himpunan (JAHIM) harusnya
berkontribusi buat himpunannya. Masa NON-HIM Berjahim?? *nyindir sik*
Yang namanya menjadi
pengkader pasti lebih sibuk daripada yang di kader, gak percaya? trust me, I’m an engineer !
Setelah di tingkat 3
waktu habis karena menjadi panitia ospek. Lalu mahasiswa-mahasiswa ini akhirnya
naik kelas menjadi tingkat 4. Di tingkat 4 pastinya waktu akan habis untuk yang
namanya Tugas Akhir. Mau makan inget TA, mau minum inget TA, mau mandi inget
TA, yaa kemanapun selalu inget TA. Sampai akhirnya lulus dan akhirnya mendapat
gelar STMJ, Sarjana Teknik Masih Jomblo… and
the cycles goes on.
Seperti itulah
perjalanan hidup mahasiswa-mahasiswa di kampus ini, penuh dengan kesibukan.
Kampus ini memang sepertinya sengaja membuat para mahasiswanya yang masuk ke
kampus ini dengan status Jomblo akan keluar dari kampus ini dengan predikat
Jomblo juga.
Hehehe post nya unik, tergantung dari sisi mana kita melihat sih.. Gimana kalo semua kegiatan dan kesibukan itu sebenarnya adalah sarana juga untuk menyeleksi calon partner yang penuh dengan komitmen, sabar, dan dapat mengerti (calon) pasangannya? :) Engga percaya? Trust me, I'm (soon to be) a psychologist.. :p
ReplyDelete