Gue gak menyesal sama sekali udah menghabiskan waktu liburan gue selama
hampir 2 bulan ini untuk tetap berada di kampus untuk menjadi bagian dari OSKM ITB 2012.
Pada OSKM 2012 gue sudah tidak lagi berperan sebagai Taplok seperti di PROKM 2011
dan Maba Unyu lagi seperti di INKM 2010.
Tetapi sekarang giliran gue yang menjadi Pendiklat, dan gue juga merangkap
sebagai Tata Tertib Disiplin.
Selama
gue jadi Pendiklat, gue bertugas untuk mendampingin kelompok 13 : Putri Duyung
(INDIGO). Yaa kelompok ini isinya emang hampir semua orang-orang INDIGO,
kesabaran gue benar-benar di uji ketika gue harus berhadapan dengan mereka.
Awalnya
kelompok 13 ini didampingi oleh Joseph, teman gue sesama pendiklat, tetapi gak
tau kenapa Joseph malah memaksa gue untuk menggantikannya menjadi pendamping
tetap kelompok 13. Padahal gue udah berjanji sama diri gue kalo gue ngediklat
gue gak mau megang kelompok, dan gue pertama kali berpikir kalo angka 13 itu
angka sial, makanya dulu gue sempat menolak untuk menjadi pendamping tetap
kelompok 13. Tapi sekarang gue tahu, kalo ternyata (mungkin) Joseph gak
kuat menghadapi keindigoan mereka ini.
Itu
adalah foto gue bersama anggota kelompok PDI (Putri Duyung Indigo) ketika
mereka baru saja dilantik, kalo gue gak salah inget waktu itu tanggal 26 Juli
jam 04.17 WIB di lapangan sipil.
Gue
kenalin dulu mereka satu per satu kali ya. Oke yang pertama,
Ojan
(Ketua Kelompok) : Orangnya gak bisa diem, ngomong mulu, tujuan masuk divisi
taplok karena mau modus, dan awalnya dia modusin anggota kelompok PDI yang
namanya Lani. Tapi sekarang malah jadian sama taplok yang lain, aduh Ojaaaaan.
Erland : Anak sipil yang suka nonton SDN 48 HAHAHA, dan ternyata dia sohibnya ketua
kelas gue waktu gue di kelas XII IPA 1.
Richard
: Sama aja kayak si Erland sukanya sama SDN 48, peduli sama temannya, dan bisa
diajak kerjasama.
Bagas
: Meskipun tampangnya terlihat bengis tetapi hatinya gamais, Subhanallah.
Mas
Edy : mas Edy iki ngomonge meledok tenan loh.
Arya
: Meskipun dia anak mesin yang terkesan sangar-sangar itu, tapi dia juga suka
sama boneka beruang, warna pink lagi. So unyuuuu
Nizar
: Cukup tidak banyak omong, tetapi sekalinya ngomong langsung ngegombal. “Kaa,
kakak yang itu kok diem aja daritadi. Tapi dihati aku dia ngomong terus”
Aditya
: Pendiam dan cenderung tidak banyak omong, taraf ke-INDIGO-annya tidak seperti
anggota kelompok PDI yang lain.
Arizki
: Kayaknya cinta banget sama kelompok ini yaa, PDI.
Lutfi
: Males banget ikut diklat nih anak, fotografer.
Faisal
: Jarang ngomong nih, tapi tetep aja Indigo.
Pandu
: Baru muncul setelah beberapa kali diklat, anak GT.
Zevni
: Sibuk, jarang dateng diklat.
Asti
: Sanguinis abis, kalo curhat suka gak bisa berhenti, ngeselin, suka ngebully
gue, dan dia suka banget banget banget sama yang namanya Daun, Vegetarian kali
yaa?. Terakhir… kalo baca SMS bener-bener dibaca dengan suara LANTANG.
Tami
: Satu tipe sama yang namanya Asti, suka naik gunung, sedikit ngeselin, dan
sering memberikan pukpukpuk buat gue.
Lani (nama samaran) : Gambarnya bagus (tapi kenapa malah masuk TL bukannya SR), pendiem, selalu di
bully, gak berani ke toilet CC lantai 2 sendirian kalo malem-malem, sering
berada di pos medik, dan sering not responding.
Firda:
Kalo membaca review dan resume hariannya seperti membaca novel loh.
Fitsel
: Dieeeem banget deh mbanyaaa, kayak putri solo, tapi suka ngegosip juga ya
ternyata Heeemmm.
Rismawati
: Sedikit normal daripada yang lain.
Ami
: Agak sedikit kurang nyantai, peace ah mi HAHAHA
Reni
: Kurang berani menujukkan kemaluannya… ehh maksudnya kurang berani malu, di
depan umum.
Tania
: Jarang dateng diklat karena sibuk SP, maklum SBM wajib SP.
Sekarang
saatnya gue memperkenalkan diri, nama gue Tori, Pendiklat kelompok 13
: Putri Duyung Indigo. Orangnya asik, gaul (ape galau), ramah, tidak sombong,
rajin menabung, suka membantu orang tua, dan sering ke masjid salman.
Well
itu semua adalah anggota kelompok Putri Duyung Indigo. Yaaa kurang lebih gue
harus menghadapi orang-orang aneh itu selama 1 bulan terakhir ini. Sebenarnya
sih selama ngediklat mereka gue juga ditemenin sama Berlian, tapi doi Indigo
juga.
Gue
juga pernah dikerjain sama mereka. Waktu itu para caplok mendapat tugas untuk
membuat makrab dan dresscodenya harus sesuai dengan tema kelompok
masing-masing. Berhubung kelompok 13 itu Putri Duyung, maka dresscodenya harus
yang bernuansa pantai. Siang hari sebelum makrab gue mendapat SMS dari Ojan,
“Ka,
nanti buat makrab kalo bisa pake baju pantai ya, yang baju kembang-kembang itu
sama celananya kalo ada ya. Oke makasih kak..”
Trus
ada juga SMS dari Asti, “kak Tor ntar pake baju kembang-kembang sama celana
yang kembang-kembang juga ya kalo ada, soalnya tema kelompok kita pantaii..”
Dan
pada saat itu juga gue langsung mencari kedua item tersebut. Karena gue gak
punya keduanya maka gue uring-uringan nyari baju sama celana itu kesana kemari,
nanyain temen gue satu jurusan satu per satu, bahkan gue sampe nanyain seluruh
masa kampus satu per satu di Forbas. Tapi untungnya ada yang punya, waktu itu
gue minjem sama si Janda, Janda ini nama orang bukan janda beneran.
Dengan
pede dan sok cool gue dateng ke lapangan SR memakai baju dan celana bermotif
bunga-bunga, tapi pas sampai disana gue gak menemukan satupun anggota kelompok
PDI yang se-TOTALITAS gue. TEGAAA ya kalian ngerjain pendiklat sendiri ERRrrrr…
Akhirnya
meskipun awalnya gue merasa kayak badut ancol, tapi gue santai aja kayak di
pantai, slow kayak di pulau. Yaa malam itu gue harus bermuka tebal sampai acara
selesai.
Walaupun
begitu tapi ternyata mereka kreatif loh. Gue salut mereka punya ide untuk
membeli gelang yang glow in the dark,
jadi sesama anggota PDI bisa dengan mudah menemukan anggota PDI yang lain dalam
kegelapan, dan gue di kasih satu gelang tersebut sama mereka. Gue masih
menyimpan gelang itu meskipun gelang itu udah gak bisa menyala di kegelapan
lagi, Karena meskipun gelang itu udah gak bisa menyala di dalam kegelapan tetapi
gelang itu tetap menyala di hati gue.
Hal
yang paling berat selama gue ngediklat mereka adalah ketika gue harus
memberikan pengumuman tentang kelompok taplok mereka masing-masing ketika hari
H nanti. Karena disitu gue gak memegang semua nama anggota kelompok PDI, dengan
kata lain ada beberapa orang yang bermasalah dan mungkin aja gak dilantik,
Sementara disitu hadir orang-orang yang namanya tidak ada sama gue. Dan sampai
pada akhirnya ternyata mereka memang gagal menjadi taplok karena ada beberapa
nilai yang tidak terpenuhi oleh mereka.
Melepas
mereka bukanlah perkara yang mudah buat gue. Yaa ketika malam mereka resmi
dilantik menjadi Jaya Kirana, malam itu gue sadar kalo mulai hari ini gue pasti
gak bakalan bisa ketemu mereka lagi, berkumpul bersama mereka lagi, atau bahkan
hanya sekedar ngobrol sebentar bersama mereka.
Mungkin
seperti ini kali ya perasaan Orang tua yang melepas anaknya ketika anaknya
ingin kuliah di luar kota yang jauh dari pengawasan mereka, atau mungkin
perasaan seorang guru yang melihat anak-anak didik kesayangannya lulus.
Teman
gue sesama Winaya Sunda pernah bilang sepertu ini ke gue,
“Meskipun
gue gak bisa liburan bareng keluarga gue dirumah, tetapi disini gue menemukan
keluarga baru kok…”
Yaaa
gue sudah menyebut mereka sebagai keluarga baru gue. Karena dibalik keanehan
mereka, di balik kecacadan mereka, dan dibalik semua keindigoan mereka… berada
disekitar mereka itu membuat gue merasa nyaman.
Bukankah
itu definisi dari keluarga? Orang-orang yang bisa membuat kalian merasa nyaman
jika kalian berada di sekitar mereka, orang-orang yang selalu menghibur kalian
jika kalian sedih, dan orang-orang yang ikut bahagia jika kalian bahagia. Mungkin
gue hanya bisa menghabiskan waktu 2 minggu dari 3 bulan liburan gue bersama
keluarga gue yang sebenarnya, tetapi semua itu gak sia-sia karena gue menemukan
keluarga baru disini.
“Ohana means family, family means no one gets
left behind or forgotten”