Hey Readers ! Masih inget kan tentang Rita
yang udah pernah gue certain di cerita gue yang sebelumnya? Kali ini gue mau
menceritakan pengalaman gue sehari bersama dia nih B-)
Okeeeh, Hari ini gue seneng banget qaqaaa.
Karena apa? Karena gue mau ketemu lagi sama si Rita, udah lebih dari satu tahun
loh gue gak ketemu sama dia. Makanya hari ini gue mempersiapkan semuanya dengan
matang! . Sebelum berangkat gue mandi kembang 7 rupa dulu biar keliatan seger,
dan wangi, dan kali aja muka gue makin terlihat ganteng (tapi emang aslinya
udah ganteng sih Mwhahaha)
“Tunggu
gue disana ya ta, gue kesana cuma buat ketemu lo kok..”
Semua persiapan udah beres, sip ! Anyeeer
akuuu dataaang !
Selama perjalanan perasaan gue campur aduk
mulai dari kangen, takut, canggung, dan menggebu-gebu, semua perasaan itu
bergerumul di dalam hati gue. Gue jadi inget waktu terakhir ketemu dia, kita
itu diem-dieman. Sekelas tapi jarang ngomong, gara-gara insiden itu. Ya
kebodohan yang gue lakukan telah membuat gue seperti ini.
Sampai di kampusnya si Rita, perasaan gue
semakin gak menentu. Degup jantung gue semakin cepat, hidung gue
kembang-kempis, keringat dingin mulai gue rasakan, dan bulu kuduk gue berdiri
(ini mau ketemu cewe apa ketemu setan). Ya maklum lah kalo gue deket sama orang
(cewe) yang gue suka, gejala-gejala ini pasti selalu gue alami.
Tapi Alhamdulillah semua berjalan lancar
seperti harapan gue (tumben loh ini biasanya expectation gue selalu berbanding terbalik dengan reality), gue ngobrol dengan biasa sama
si Rita. Dengan bahasa manusia yang lancar, buka seperti bahasa orang utan yang
“aauu… a.. u.. a..u”
“Ogenki desuka?”
“Genki desu :)”
“cie
masih inget juga lo bahasa jepang, kirain udah lupa haha” ledek gue
“Ihh
iya dooong, gue kan selalu ingat pesan-pesan sensei” jawab Rita dengan ekspresi
lebaynya seperti biasa.
“Emang
sensei berpesan apa ke lo?”
“Ihhh
mau tau aja deh lo, dasar kepoo (`▽´)”
ledeknya
Ingatan gue membawa gue kembali pada saat
gue masih kelas 3 SMA. Ketika itu gue berdiri di depan kelas XI IPB. Sedang
memperhatikan si Rita berbicara di depan kelas. Saat itu juga sensei lewat di
depan gue.
“Eh
Tri kenapa kamu gak masuk?”
“Gpp
sensei diluar aja, lagian juga si Rita udah ngomong tuh”
“Tri,
kamu suka ya sama si Rita? Kenapa gak kamu jadiin pacar aja?” Singkat, Jelas,
Padat, dan Tepat sasaran!
Siip banget ! kata gue. Kok sensei bisa tau
sih, apakah dia semacam orang Indigo? Ahh ternyata guru gue ini selain jago
bahasa jepang tapi dia bisa meramal juga -___-
“Engga
kok sensei, kita cuma temen aja hehe” jawab gue sekenanya sambil cengengesan
“Yaah
seandainya kamu jadiin pacar juga gpp lagi, lagian kalo sensei liat kalian itu
cocok kok”
“…”
gue diem, tapi dalam hati mah begini “stop it you ~(´▽`~)(~´▽`)~”
“Yaah
lagian juga si Rita udah punya pacar kok sensei hehe”
“Ohh
yaudah, sukses ya kalian berdua. Saya tinggal dulu”
“Oke
sensei..”
***
Perjalanan hari ini gue lanjutkan kembali
menuju ke sebuah Villa bersama Rita, Ryka, dan Lawrence. Rencananya kita mau
ngadain liburan di Villa pada saat libur semester 4 nanti, jadi hari ini kita
mau survei ke Villa yang nantinya akan kita tempati.
Selama perjalanan gue melepas rindu dengan
ngobrol-ngobrol bersama temen-temen semasa SMA gue itu, dan juga si Rita
tentunya. Banyak yang kita bicarakan, mulai dari kenangan-kenangan waktu di
SMA, sampai rencana masa depan kita masing-masing dan tentang perkembangan
teknologi. Ya benar perkembangan teknologi! Gue pun langsung inget janji antara
gue dan Rita dicerita sebelumnya. Janji gue yang berbunyi
“Ta,
suatu saat gue bakalan ngajak lo ke luar angkasa naik pesawat yang gue bikin!”
Karena janji itulah sekarang gue
disini, karena janji yang udah gue ucapkan ke dia membuat gue bisa sampai disini!.
Seandainya dulu gue gak janji seperti itu ke dia mungkin saat ini gue gak
disini. Gue bakal menetapi janji gue ke lo ta, take my words!
Pantaaaaai, biruuuu, Sora Aooooi . Loh ada Sora
Aoi? Jangan ngeres dulu kakaaak, Sora
Aoi itu artinya langit biru. Hahaha
Sampai di kawasan pantai rasanya gue pengen
langsung nyebur dan berenang. Udah lama banget gue hanya melihat gunung,
gunung, dan gunung di Bandung ini dan akhirnya sampai juga gue gak ke pantai!.
Terakhir kali gue ke pantai mungkin saat gue kelas 5 SD bareng keluarga gue ke
Anyer. Karena gue inget tujuan gue kesini buat survey bukan buat berenang, maka
gue urungkan lah niat gue berenang di laut, padahal pengen banget kakaak -____-
Setelah selesai survey Villa yang
nantinya akan kita tempati, gue pun memutuskan untuk berjalan-jalan kecil sama
si Rita. Kita berjalan menyusuri pantai.
“Bagus
ya ta lautnya, gue udah lama gak melihat pantai”
“Iya
tor, disini emang bagus banget tempatnya. Gue sering kesini kok sama temen-temen
gue”
“Wah
enak ya kalo tinggal di deket daerah pantai, bisa sering-sering berenang. haha”
“Liat
deh ta, di ujung sana masa depan kita terbentang luas! Seperti laut ini” kata
gue sambil menujuk ke arah horizon
“Laut
ini merupakan penghubung antara kita dengan masa depan kita ta”
“Semuanya
tergantung kita, apakah kita berani mengarungi samudera luas kehidupan dan
meraih impian kita. atau hanya berdiam diri di pantai melihat orang lain
berlayar untuk menggapai cita-citanya”
“Iya
tor, terkadang gue sempet berpikir. Apakah nanti gue bisa mengarungi samudera
yang luas dan liar ini sendirian?”
“Tantangan
dan rintangan pasti ada ta, yang penting tinggal bagaimana lo membuat ‘kapal’
lo itu bisa bertahan saat terombang-ambing di samudera lepas ini. Sampai lo berhasil
menemukan cahaya dari mercusuar…”
Sama seperti hati gue ta, hati gue
udah terlalu lama terombang-ambing dalam samudera liar dan luas, yang gue sebut
Cinta. Sampai saat ini gue masih belum bisa melabuhkan hati gue, karena gue
masih mencari pelabuhan yang tepat untuk gue singgahi. atau mungkin menunggu pelabuhan itu kosong, sehingga gue bisa melabuhkan 'kapal' gue disana.
Samudera luas yang membentang di
hadapan gue menarik perhatian gue. Gue merasa tentram, tenang, dan damai. Ditambah
desiran angin yang bertiup menarik pikiran gue ke si Rita, ya Rita yang sejak
tadi berdiri di belakang gue dan kenangan-kenangan bersamanya.
Andaikan waktu seperti sebuah kaset rusak,
Yang terus memutar ulang sebuah kejadian yang sama..
Maka ku ingin memutar ulang semua kenanganku bersamamu,
Kembali ke masa kita berdua dulu..
Aku berjanji,
Bila saat itu benar-benar bisa terulang..
Maka takkan kusiakan perasaan ini,
Takkan ragu untuk kuungkapkan kepadamu..
Lagi dan lagi,
Bila saat itu benar-benar bisa terulang..
Maka akan kutunjukkan kepadamu,
Bahwa aku mencintaimu
Terus dan terus..
Bila saat itu benar-benar bisa terulang,
Aku takkan pernah bosan untuk mencintaimu..
Berapa kalipun saat itu terulang,
Hanya satu yang kuingin kau tau..
Bahwa aku mencintaimu,
Dan aku menyesal tak pernah sempat mengatakannya kepadamu..
***
“Ta,
gue pamit pulang dulu ya. Udah malem nih, takut kemaleman nyampe rumah”
“Yaaah
jangan pulang doong, sepi nih di Kostan. Tuh si Ryka aja ikut kalian balik ke
Jakarta. Gue di kostan sama siapa? :(”
“Hahaha,
masih seperti dulu lo. Lebaaay” ledek gue
“Huuuu
rese lo tor ("`ะท´
)/"(>_<!)”
Bahkan setelah pamitan kita pun gak
pulang-pulang juga. Gue sama Rita masih ngobrol-ngobrol dan bercanda-canda sambil
menunggu Ryka menyiapkan barang-barangnya. Ada perasaan gak mau berpisah
sepertinya di antara kita berdua, perasaan yang sulit gue jelaskan yang terus
bergerumul di hati gue, atau bisa dibilang kangen. Gue bisa liat itu dari
tatapan matanya yang tiba-tiba berubah, sebuah tatapan yang berbeda dari
tatapan tadi pagi pada saat gue bertemu dia.
Pengalaman hari ini membuat gue tersadar, perasaan
gue udah gak seperti dulu lagi ke si Rita. Gue gak merasakan lagi
perasaan-perasaan yang menggebu-gebu ketika deket dia, gue gak lagi merasakan
lagi desiran darah yang mengalir lebih cepat seperti dulu ketika gue deket dia.
Intinya gue gak merasa canggung lagi.
Seperti
tulisan di atas pasir yang tersapu ombak, seperti debu yang tertiup angin..
Seperti
kayu yang terbakar api hingga mengabu,
Seperti
dedaunan yang gugur dan mengering..
Seperti
es yang mencair, seperti embun di panas terik..
Seperti
api di musim hujan,Seperti asap di antara kabut..
Seperti
itulah perasaan gue ke si Rita, mulai hilang... karena waktu telah membawanya
pergi.